Sejarah Long Lebusan

Secara harfiah makna Long Lebusan terdiri dari dua kata yakni, Long artinya aliran sungai dan Lebusan yang berasal dari kata lebuhan artinya aktivitas menangkap ikan dan juga nama dari sungai tersebut. Berdasarkan catatan pribadi yang ditulis pada tahun 2001 milik Kepala Desa Long Lebusan, Uris Ding menyatakan bahwa telah terjadi perpindahan sebanyak 15 kali sebelumnya, hingga memutuskan untuk menetap di Desa Long Lebusan yang kini dihuni. Adapun perpindahan tersebut yaitu:

a.Sungai Laleng Baluri

b.Seliyo

c.Ikeng Iwan

d.Nahaq Jangin

e.Long Meton

f.Apau Tutung

g.Apau Bulo

h.Long Danum

i.Apau Baleng

j.Lalut Lepubung

k.Long Ire

l.Tami Pute

m.Long Uro

n.Lidung Payau

o.Long Lebusan (sekarang)

Perpindahan terakhir dari Lidung Payau bermula pada tahun 1973 dipimpin oleh seorang raja sebab luasan lahan untuk berladang yang semakin menyempit, sehingga masyarakat berinisiatif berpindah. Selain itu, adapula catatan sejarah yang menyatakan bahwa masuknya aliran agama kristen katolik pada tahun 1932-1937 di Long Uro oleh Petrus Ulung Laing. Namun, ia meninggal dunia pada tahun 1937. Lantas, 3 (tiga) tahun kemudian sebagian warga Long Uro berpindah ke Lidung Payau dan menetap disana. Sehingga selama 28 tahun lamanya yakni sejak tahun 1939-1967 Lidung Payau tidak lagi mengenal pemahaman iman katolik dan kembali menganut kepercayaan Bungan Malan Peselung Luan.

Sementara itu, masyarakat di Sungai Barang tetap menganut agama kristen katolik sejak tahun 1932 hingga sekarang. Lantas, Lidung Payau kembali mengenal Iman Katolik tahun 1967 sejak Pastor Van De Graaf datang ke Apaukayan untuk melakukan penataran dan kursus bagi umat katolik yang ada di Apaukayan.

Bagikan post ini: